23 Agustus 2024 2:10 pm

Premium Pricing: Cara Cerdik Tingkatkan Margin Profit, Kapan Harus Diterapkan?

Premium Pricing: Cara Cerdik Tingkatkan Margin Profit, Kapan Harus Diterapkan?
Mungkin Anda pernah menjumpai langsung, ada dua produk yang hampir mirip secara kualitas, tapi memiliki perbedaan harga yang signifikan. Ada produk yang memiliki harga jauh lebih mahal, membuatnya tampak lebih premium, lantas dianggap lebih bagus.
Strategi ini disebut premium pricing, alias menentukan harga premium. Brand atau bisnis Anda juga bisa melakukannya, bahkan strategi ini bisa sangat efektif meningkatkan pendapatan.
Ketika brand atau bisnis mengenalkan produk baru, ada banyak hal yang harus diputuskan, termasuk memutuskan harga produk tersebut. Posisi produk di market juga harus dipikirkan matang-matang.
Pengambilan keputusan penting tersebut umumnya dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari brand image, biaya produksi, target pendapatan, bahkan termasuk menghitung biaya promosi produk tersebut.
Ada produk yang bisa dijual dengan harga sangat murah, margin keuntungan tipis, tapi dengan kuantitas yang sangat banyak. Artinya, strategi penentuan harga dipengaruhi oleh target total jumlah penjualan produk.
Ada pula produk yang harus dijual dengan harga lebih mahal, mungkin di atas produk-produk lain sejenis dari brand lain. Namun, branding produk tersebut jauh lebih mewah, kualitasnya pun demikian, inilah premium pricing strategy.

Apa Itu Premium Pricing?


Premium pricing adalah ketika brand atau bisnis menetapkan harga suatu produk lebih tinggi daripada produk sejenis dari kompetitor. Strategi ini bisa meningkatkan margin profit, juga memosisikan diri sebagai brand premium.
Brand dapat menggunakan strategi ini untuk membangun citra produk, bahwa produk mereka memiliki kualitas lebih tinggi. Tentu, penentuan harga juga harus didukung dengan elemen-elemen lain.
Umumnya, ada dua cara menerapkan strategi premium pricing. Cara pertama adalah dengan membuat produk yang memang jauh lebih baik, lebih berkualitas, menggunakan bahan-bahan yang lebih bagus.

Branding tas Exsport
Gambar: Exsport Official
Branding tas Exsport Gambar: Exsport Official
Misalnya, brand tas Exsport asal Indonesia. Ada berbagai jenis tas yang dijual, mulai dari tas ransel, tas jinjing, hingga tas selempang. Nah jika diperhatikan, harga yang dipasang Exsport cukup tinggi, terbilang mahal untuk ukuran tas lokal.
Meski begitu, buktinya penjualan Exsport masih tinggi dan sekarang dikenal sebagai salah satu tas terbaik, awet, dan berkualitas. Artinya, premium pricing yang mereka tetapkan juga didukung oleh material yang lebih berkualitas. Biaya produksinya memang lebih mahal.
Di sisi lain, ada pula strategi kedua. Brand bisa saja memilih harga premium demi mendorong brand recognition. Membuat brand mereka dipandang lebih mewah, lebih prestise di mata konsumen.
Padahal, bisa saja produk tersebut menggunakan bahan-bahan yang biasa saja. Biaya produksinya tidak lebih mahal dari produk kompetitor yang lebih murah, kualitasnya mirip.
Bedanya, brand ini mengeluarkan lebih banyak uang dalam strategi branding dan promosi. Misalnya, mereka bekerja sama dengan influencer ternama untuk jadi bintang iklan. Juga menggalakkan kampanye di medsos secara besar-besaran.
Kampanye tersebut dikemas mewah. Produk difoto dan divideokan dengan mewah. Jadi, mau tak mau audiens pun merasa bahwa produk tersebut memang pantas diberi harga mahal.

Pro-Kontra Premium Pricing


Produk Apple iPhone termasuk produk premium
Gambar: Unsplash
Produk Apple iPhone termasuk produk premium Gambar: Unsplash

Tentu, tidak semua brand bisa sembarangan menggunakan strategi premium pricing. Jika salah langkah, keputusan tersebut bisa jadi justru merugikan, menurunkan sales, dan akhirnya jadi senjata makan tuan.
Benar bahwa harga premium dapat mendongkrak brand image, juga menambah keuntungan penjualan. Namun, ada potensi kerugian yang harus dicegah. Berikut pertimbangannya.

Pro Premium Pricing


Margin profit lebih tinggi. Harga premium secara otomatis akan meningkatkan margin profit untuk produk Anda. Misalnya, brand lain mendapatkan profit 10.000 rupiah per produk, sedangkan brand Anda bisa meraup profit 50.000 rupiah per produk.
Mendongkrak brand value. Premium pricing bakal meningkatkan brand value. Pelanggan jadi tahu bahwa brand Anda memiliki produk berkualitas dan meski memiliki harga lebih mahal, mereka bisa mendapatkan produk yang sepadan. Reputasi dan value bisnis Anda bakal meningkat.
Menjauh dari kompetitor. Jika strategi harga premium dilakukan dengan tepat dan membuahkan hasil, secara perlahan brand Anda bisa menjaga jarak dan terus menjauh dari kompetitor. Mau tak mau, brand rival harus menawarkan kualitas dan harga produk yang setara untuk bersaing dengan brand Anda. Artinya, Anda ada di posisi mendapatkan market advantage.

Kontra Premium Pricing


Ilustrasi pembelian produk premium
Gambar: hbr.org
Ilustrasi pembelian produk premium Gambar: hbr.org

Membatasi ruang pemasaran. Mau tak mau, harga yang lebih mahal juga membatasi pasar Anda. Mungkin jumlah produk yang terjual tidak akan sebanyak produk-produk lain dengan harga lebih murah, tapi ingat bahwa margin profit Anda lebih tinggi.
Ekspektasi tinggi. Pelanggan telah mengeluarkan banyak uang untuk membeli produk Anda. Mereka secara sadar dan sudah mengetahui bahwa ada produk sejenis dengan harga lebih murah, tapi tetap memilih produk Anda. Alhasil, ada ekspektasi yang lebih tinggi di benak pelanggan, produk Anda harus memenuhi ekspektasi tersebut.
Rentan dengan kompetisi. Pelanggan sekarang sudah lebih teredukasi. Mereka bisa melakukan riset panjang sebelum membeli suatu produk. Jadi, kemungkinan produk Anda akan dibandingkan dengan produk kompetitor. Dan jika produk kompetitor tersebut menawarkan kualitas serupa dengan harga lebih murah, Anda bisa kalah bersaing.

Kapan Harus Menggunakan Premium Pricing?


Seperti yang disinggung di atas, Anda harus lebih berhati-hati sebelum menerapkan strategi premium pricing. Secara umum, ada tiga skenario yang bisa mendukung penerapan strategi ini, di antaranya:
Ketika brand Anda memang membuat produk premium. Jika Anda memang memproduksi produk-produk dengan kualitas tinggi, menggunakan bahan dasar yang juga berkualitas, tentu tidak ada salahnya memasang harga mahal. Setidaknya, pembeli mendapatkan apa yang mereka bayar.
Ketika market masih terbuka. Jika Anda memasuki market yang menunjukkan demand untuk produk tersebut, tapi tidak ada kompetitor lain, Anda bisa memasang harga yang lebih tinggi. Tidak ada pilihan bagi calon pembeli, jadi mereka tidak bisa membandingkan harga.
Ketika branding Anda mendukung. Mungkin produk Anda memiliki kualitas sama dengan kompetitor, tapi Anda bisa dengan cerdik mengemas produk tersebut hingga tampak mewah, lebih prestisius. Misalnya dengan menambahkan packaging inserts, membuat produk Anda terlihat lebih mahal.
Ilustrasi jam tangan premium
Gambar: Unsplash
Ilustrasi jam tangan premium Gambar: Unsplash

Produksi terbatas (limited edition). Katakanlah Anda merilis edisi khusus suatu produk, misalnya produk hasil kolaborasi dengan seniman atau brand lain. Biasanya produk terbatas berarti harga jualnya akan lebih tinggi.
Keunikan produk. Bisnis-bisnis kecil yang memiliki produk unik umumnya bakal mendapatkan keuntungan untuk menentukan harga produk tanpa melihat kompetitor. Biasanya produk-produk baru yang inovatif juga bisa menggunakan strategi ini.
Tidak ada pengganti. Brand juga bisa memasang harga tinggi jika produk mereka adalah produk istimewa yang sulit ditiru oleh kompetitor, tidak ada pesaing atau pengganti yang setara.
Nah itu dia ulasan singkat soal premium pricing, yaitu salah satu strategi penentuan harga produk untuk mengejar margin profit yang lebih tinggi. Perlu diingat, tidak semua produk bisa menggunakan strategi ini, Anda juga harus mempertimbangkan aspek-aspek lain, terutama branding.
Ayo buat Website kamu sekarang!

Ingin mencari pengetahuan lain?

Ketik judul blog yang ingin kamu cari