3 Mei 2025 12:40 pm

Apa Itu Break-Even Point (BEP) dan Bagaimana Menghitungnya?

Apa Itu Break-Even Point (BEP) dan Bagaimana Menghitungnya?
Agar sebuah bisnis bisa sukses, pendapatan yang diperoleh harus lebih besar dari pengeluaran. Artinya, perusahaan perlu menghasilkan laba, yakni ketika pendapatan melampaui total biaya. Untuk mengetahui batas minimum keberhasilan finansial ini, Anda bisa menggunakan rumus break-even point (BEP).
Setiap bisnis menghadapi satu titik penting dalam operasionalnya—yaitu saat pendapatan dari penjualan tepat menutup seluruh biaya. Titik krusial ini dikenal sebagai break-even point alias titik impas, yang menandai peralihan dari kondisi merugi menuju profitabilitas.
Banyak usaha yang harus menanggung kerugian dalam jangka waktu tertentu sebelum mencapai titik ini. Maka dari itu, memahami kapan dan bagaimana sebuah bisnis bisa mencapai break-even point sangat penting dalam perencanaan keuangan dan penentuan harga.
Mengetahui break-even point bisa membantu Anda menilai kondisi keuangan bisnis online secara lebih jernih serta menyusun strategi untuk masa depan. Jika Anda seorang profesional keuangan atau pemimpin bisnis, memahami konsep BEP akan sangat berguna.

Apa Itu Break-Even Point?


Ilustrasi Break-Even Point
Gambar: healthybusinessfinances.com
Ilustrasi Break-Even Point Gambar: healthybusinessfinances.com

Break-even point adalah kondisi ketika pendapatan sama persis dengan biaya—artinya, perusahaan tidak untung dan tidak rugi. Ini juga menjadi penanda bahwa bisnis menghasilkan uang sebanyak yang dikeluarkan.
Perhitungan break-even point mencakup pencocokan antara biaya tetap dan biaya variabel dengan harga jual produk atau layanan. Rumus ini menjawab pertanyaan berapa banyak unit yang perlu dijual sebelum bisnis mulai memperoleh laba.
Pada kondisi break-even point, pendapatan dan biaya berada pada level yang sama. Nah, BEP bisa dihitung dalam bentuk unit (jumlah produk yang harus dijual untuk impas) atau dalam bentuk nilai pendapatan (berapa uang yang harus diperoleh untuk menutupi semua biaya).
Bagi bisnis yang baru berjalan, break-even point merupakan tolok ukur penting karena menunjukkan apa saja yang perlu dicapai untuk mulai meraih keuntungan.
Jika operasi masih berada di bawah BEP maka bisnis berada dalam kondisi merugi. Sebaliknya, begitu melewati titik ini, bisnis mulai menghasilkan laba dan menunjukkan performa positif.

Cara Menghitung Break-Even Point


Ilustrasi perhitungan BEP
Gambar: godaddy.com
Ilustrasi perhitungan BEP Gambar: godaddy.com

Break-even point dapat dihitung dengan dua pendekatan utama: berdasarkan jumlah unit yang terjual atau berdasarkan total pendapatan penjualan.

Untuk Unit Terjual, rumusnya adalah:


Break-Even Point (Unit) = Biaya Tetap ÷ (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit)

Untuk Pendapatan Penjualan, digunakan rumus berikut:


Break-Even Point (Pendapatan Rupiah) = Biaya Tetap ÷ Contribution Margin Ratio

Penjelasan istilah dalam rumus di atas:

  • Biaya Tetap adalah pengeluaran yang tidak berubah meskipun volume produksi berubah (misalnya sewa, gaji tetap, dan asuransi).
  • Biaya Variabel adalah biaya yang berubah sesuai jumlah produksi (seperti bahan baku, upah langsung, atau komisi).
  • Harga Jual per Unit adalah pendapatan yang dihasilkan dari penjualan satu unit produk.
  • Contribution Margin adalah selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel, yang menunjukkan berapa besar kontribusi tiap unit terhadap penutupan biaya tetap dan pencapaian keuntungan.
  • Contribution Margin Ratio adalah persentase dari harga jual yang menjadi kontribusi margin.

Contoh Perhitungan Langkah demi Langkah


Bayangkan Anda menjalankan bisnis kecil produksi dan penjualan dupa kerucut. Berikut langkah-langkah untuk menghitung break-even point:
  1. Identifikasi biaya tetap: Total pengeluaran bulanan seperti sewa, listrik, dan gaji dasar adalah Rp10.000.000.
  2. Tentukan biaya variabel: Setiap satu pak dupa isi 100 memerlukan biaya produksi sebesar Rp50.000 (termasuk bahan, kemasan, dan tenaga kerja).
  3. Tentukan harga jual: Satu pak dupa isi 100 dijual seharga Rp100.000
  4. Hitung contribution margin: Rp100.000 - Rp50.000 = Rp50.000 per satu pak dupa
  5. Gunakan rumus: Break-Even Point = Rp10.000.000 ÷ Rp50.000 = 200 unit

Artinya, bisnis ini harus menjual setidaknya 200 pak dupa setiap bulan untuk mencapai break-even point. Pada volume penjualan tersebut, total pendapatan sebesar Rp20.000.000 akan menutup seluruh biaya tetap dan variabel, sehingga tidak ada rugi maupun laba.

Manfaat Analisis Break-Even Point


Ilustrasi bisnis profit
Gambar: vecteezy.com
Ilustrasi bisnis profit Gambar: vecteezy.com

Melakukan analisis break-even point secara menyeluruh menawarkan berbagai keuntungan penting bagi bisnis:
  • Mengungkap biaya tersembunyi: Proses analisis sering kali menyoroti pengeluaran yang sebelumnya terabaikan, namun berpotensi memengaruhi profitabilitas secara signifikan.
  • Kerangka pengambilan keputusan objektif: Dengan fokus pada data kuantitatif, analisis ini membantu mengurangi pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan bisnis.
  • Target kinerja yang jelas: Tim akan terbantu dengan adanya sasaran penjualan yang konkret dan langsung berkaitan dengan keberlanjutan keuangan.
  • Meningkatkan kepercayaan investor: Dokumentasi break-even point yang kuat menunjukkan kelayakan bisnis kepada calon investor atau pemberi dana.
  • Penetapan harga strategis: Pemahaman terhadap contribution margin memungkinkan perusahaan mengambil keputusan harga yang lebih tepat berdasarkan kondisi pasar dan struktur biaya.

Keterbatasan Break-Even Point


Meski berguna, analisis break-even point memiliki beberapa keterbatasan penting yang perlu diperhatikan:
  • Klasifikasi biaya yang tidak selalu jelas: Banyak pengeluaran tidak bisa secara tegas dimasukkan ke kategori biaya tetap atau variabel, sehingga dapat mempengaruhi akurasi analisis.
  • Perubahan kondisi pasar: Analisis ini mengasumsikan harga dan biaya yang stabil, padahal dalam kenyataannya, harga bahan baku, biaya tenaga kerja, dan tekanan harga dari kompetitor bisa berubah sewaktu-waktu.
  • Hubungan volume dan biaya yang tidak selalu linier: Model dasar sering menganggap hubungan antara volume produksi dan biaya bersifat lurus, padahal dalam praktiknya ada efek skala ekonomi yang membuat hubungan ini tidak selalu lurus.
  • Faktor non-keuangan tidak diperhitungkan: Analisis ini hanya fokus pada aspek kuantitatif, sehingga mengabaikan elemen penting lain seperti permintaan pasar, persaingan, dan preferensi pelanggan.

Penerapan Break-Even Point


Ilustrasi perhitungan BEP
Gambar: Unsplash
Ilustrasi perhitungan BEP Gambar: Unsplash

Seperti yang dijelaskan di atas, Break-even point adalah titik spesifik ketika total pendapatan perusahaan sama dengan total biayanya, menghasilkan kondisi tanpa laba maupun rugi. Konsep dasar ini memiliki berbagai penerapan penting, yaitu:
  • Dalam operasional bisnis: Break-even point menunjukkan dengan tepat berapa unit yang harus dijual atau berapa pendapatan yang harus diperoleh agar seluruh biaya dapat ditutup. Perhitungan ini menjadi dasar dalam perencanaan keuangan dan penetapan harga.
  • Dalam analisis keuangan: Analis menggunakan perhitungan break-even untuk menilai efisiensi penggunaan dana, kondisi kesehatan bisnis, serta tingkat risikonya sebagai investasi. Semakin rendah break-even point, umumnya semakin tangguh model bisnis tersebut.
  • Dalam keputusan investasi: Investor memakai analisis break-even untuk memperkirakan kapan investasi akan menutupi biaya awal. Contohnya dalam perdagangan opsi (options trading), break-even point tercapai saat harga pasar aset cukup tinggi untuk menutup premi dan biaya lainnya.
  • Dalam manajemen proyek: Manajer proyek menggunakan analisis ini untuk menentukan kapan manfaat dari suatu proyek akan sebanding dengan biaya implementasinya, sehingga membantu pengambilan keputusan terkait alokasi sumber daya dan waktu pelaksanaan.

Memperbarui Break-Even Point Secara Berkala


Break-even point hanya bermanfaat jika datanya akurat dan mutakhir. Menghitung break-even bukan pekerjaan sekali selesai. Karena variabel-variabel bisnis terus berubah, Anda harus secara rutin memperbarui formula untuk memastikan estimasi biaya dan keuntungan tetap relevan. Break-even point dapat berubah seiring waktu akibat beberapa faktor:
  • Perubahan pada biaya tetap dan variabel
  • Pergeseran tren pasar dan perubahan kondisi industri
  • Fluktuasi permintaan pelanggan
  • Pertumbuhan bisnis dan ekspansi produk

Sebaiknya lakukan evaluasi break-even point setiap kuartal atau minimal dua kali setahun. Selain itu, lakukan pembaruan segera setelah terjadi perubahan signifikan pada bisnis Anda, seperti penyesuaian harga atau pergeseran pasar.
Agar bisnis bisa sukses, pendapatan harus melampaui pengeluaran. Break-even point membantu Anda mengenali ambang batas tersebut. Saat bisnis tumbuh, terus jadikan break-even point sebagai acuan untuk menyusun strategi dan menjaga arah bisnis menuju keberhasilan jangka panjang.
Ayo buat Website kamu sekarang!

Ingin mencari pengetahuan lain?

Ketik judul blog yang ingin kamu cari