
Baik seorang calon pengusaha, blogger, maupun pemilik usaha kecil, memiliki website kini bukan lagi pilihan tambahan, melainkan kebutuhan dasar. Masalahnya, banyak orang terjun ke proses pembuatan website tanpa perencanaan yang matang.
Kesalahan tersebut membuat website menjadi seadanya, sulit berkembang, dan pada akhirnya gagal memenuhi tujuan awalnya. Padahal, merencanakan website sejak awal adalah langkah krusial, baik Anda berniat membangunnya sendiri maupun menyerahkannya kepada profesional.
Berbagai riset menunjukkan betapa mahalnya kesalahan di tahap awal. Pengunjung tercatat 88 persen lebih kecil kemungkinannya untuk kembali ke sebuah website setelah mengalami pengalaman buruk.
Lebih dari itu, kesan pertama terbentuk dalam waktu sekitar 0,05 detik. Artinya, dalam sepersekian detik, pengunjung sudah memutuskan apakah akan bertahan atau menutup halaman.
Di sinilah perencanaan website berperan penting. Website plan membantu menyusun proyek secara sistematis, mulai dari merapikan ide, mengumpulkan aset yang dibutuhkan, hingga merumuskan tujuan utama dan strategi untuk mencapainya. Tanpa kerangka ini, website mudah kehilangan arah.
Website plan juga berfungsi sebagai jangkar keputusan. Saat di kemudian hari muncul pertanyaan soal desain, fitur, atau konten, dokumen perencanaan inilah yang menjadi rujukan. Selain itu, website plan dapat dijadikan peta jalan untuk menetapkan tenggat waktu dan target yang realistis.
Menentukan Tujuan Website
Image by Mudassar Iqbal from Pixabay
Sebelum mulai memikirkan desain atau membuat konten, ada satu pertanyaan mendasar yang harus dijawab, untuk apa website ini dibangun? Tanpa jawaban yang jelas, situs web bisa jadi hanya sekadar ada, tanpa peran nyata bagi bisnis atau aktivitas yang dijalankan.
Beberapa pertanyaan awal yang perlu dijawab antara lain:
- Apa tujuan utama website ini?
- Peran apa yang diharapkan untuk bisnis?
- Apakah situs hanya berfungsi sebagai media informasi atau juga untuk menjual produk?
- Apakah website ditujukan untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan, atau justru difokuskan sebagai mesin pendorong pendapatan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membentuk fondasi perencanaan. Inilah titik awal yang tidak boleh dilewati, memahami tujuan website secara utuh sebelum melangkah lebih jauh.
Mengenali Target Audiens
Dalam tahap perencanaan website, memahami siapa target audiens adalah faktor penentu. Audiens inilah yang akan memengaruhi arah konten, tampilan desain, hingga fitur yang ditampilkan, bahkan sebelum bisnis atau proyek benar-benar diluncurkan.
Website yang dirancang tanpa gambaran jelas tentang pengunjungnya berisiko tidak relevan sejak hari pertama. Untuk memetakan audiens yang tepat, ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan secara sistematis, di antaranya:
Meninjau jaringan dan minat yang ada
Langkah awal dimulai dari lingkungan terdekat. Siapa sebenarnya yang ingin dijangkau melalui website ini? Apakah calon klien, pembaca setia, perekrut, atau mitra kolaborasi?
Meneliti demografi
Definisi demografi sangat bergantung pada ceruk yang dibidik. Ada website yang relevan untuk rentang usia tertentu, seperti mahasiswa atau profesional muda. Ada pula yang lebih tepat menyasar fase kehidupan, misalnya pasangan baru menikah atau orang tua muda. Lokasi juga perlu dipertimbangkan. Apakah website ditujukan untuk audiens global, nasional, atau justru komunitas lokal yang sangat spesifik?
Mengidentifikasi masalah dan motivasi audiens
Dari pemetaan minat dan demografi, biasanya mulai terlihat pola masalah yang dihadapi audiens. Di sinilah peran website menjadi relevan. Tantangan apa yang sedang mereka hadapi dan dapat dibantu melalui konten, layanan, atau produk yang ditawarkan?
Mengamati perilaku dan preferensi digital
Setelah profil audiens terbentuk, langkah berikutnya adalah memahami kebiasaan mereka di dunia digital. Jenis website apa yang sering mereka kunjungi? Format konten apa yang paling disukai, artikel panjang, video, atau media sosial? Perangkat apa yang paling sering digunakan untuk mengakses informasi?
Merencanakan Struktur Website
Image by StockSnap from Pixabay
Setelah tujuan, target audiens, dan sisi unik website dirumuskan, tahap berikutnya adalah menyusun struktur situs. Struktur yang baik bukan hanya memudahkan pengunjung menjelajah, tetapi juga berperan besar dalam performa SEO. Website yang rapi dan logis lebih mudah dipahami manusia, dan mesin pencari.
Menyusun kerangka struktur situs
Langkah awal dimulai dengan memetakan halaman-halaman utama yang dibutuhkan. Bentuknya tidak perlu rumit, cukup berupa daftar atau diagram sederhana yang menunjukkan hierarki halaman. Umumnya, struktur dasar website mencakup halaman-halaman sebagai berikut:
- Beranda (Home)
- Tentang (About)
- Layanan atau produk dengan subhalaman sesuai kategori
- Blog atau artikel
- Halaman kontak.
Kerangka ini menjadi fondasi navigasi. Dari sini, pengembangan konten dan desain akan jauh lebih terarah.
Merancang tata letak setiap halaman
Untuk masing-masing halaman, buat sketsa wireframe sederhana. Wireframe berfungsi memvisualisasikan susunan elemen utama seperti header, menu navigasi, area konten, gambar, hingga ajakan bertindak. Tidak perlu desain detail, fokusnya adalah alur informasi dan prioritas konten.
Saat menyusun layout, perhatikan urutan informasi dan tindakan apa yang diharapkan dari pengunjung di halaman tersebut. Setelah satu pola dasar ditetapkan, terapkan konsistensi pada halaman lain yang serupa. Tata letak yang konsisten membuat website terasa utuh dan lebih ramah digunakan.
Merencanakan menu navigasi
Menu navigasi utama sebaiknya memuat tautan ke halaman-halaman terpenting. Prinsipnya sederhana, pengunjung harus bisa menemukan apa yang mereka cari dengan jumlah klik seminimal mungkin. Hindari menu yang terlalu padat atau membingungkan.
Untuk website dengan banyak konten, pengelompokan halaman melalui menu dropdown bisa menjadi solusi. Selain itu, tautan internal di dalam konten juga berperan penting untuk membantu pengunjung menemukan informasi terkait tanpa selalu kembali ke menu utama.
Menggunakan struktur URL yang ramah SEO
Struktur URL yang jelas dan deskriptif memudahkan mesin pencari memahami isi halaman. URL yang mencerminkan topik halaman, seperti domain diikuti kategori dan judul yang relevan, jauh lebih efektif dibandingkan URL acak berisi angka atau parameter.
Mengoptimalkan pengalaman pengguna dan SEO
Mesin pencari cenderung mengutamakan website yang terorganisasi dengan baik dan membantu penggunanya. Karena itu, pengalaman pengguna dan SEO sebenarnya berjalan seiring. Struktur situs yang baik membuat informasi lebih cepat ditemukan, meningkatkan durasi kunjungan, sekaligus mempermudah proses crawling dan indexing oleh mesin pencari seperti Google.
Memilih Website Builder
Image by Werner Moser from Pixabay
Pada tahap ini, perencanaan mulai beralih ke keputusan teknis, bagaimana website akan dibuat. Pilihan yang diambil di sini akan memengaruhi biaya, fleksibilitas, waktu pengerjaan, hingga kemampuan website berkembang di masa depan.
Ada beberapa pendekatan umum yang bisa dipilih, masing-masing dengan kelebihan dan keterbatasannya. Sebagian orang memilih website builder yang relatif mudah dipahami awam, seperti Berdu.id yang menawarkan banyak fitur.
Pendekatan ini relatif cepat, minim teknis, dan cocok bagi pemula yang ingin segera online tanpa mempelajari struktur website secara mendalam.
Opsi lain adalah menggunakan content management system yang lebih fleksibel seperti WordPress. Platform ini membutuhkan pemahaman teknis yang sedikit lebih tinggi, namun memberikan kontrol lebih besar terhadap konten, struktur, dan pengembangan jangka panjang.
Bagi yang menginginkan kontrol penuh, website juga bisa dibangun dari nol menggunakan kode kustom, tanpa template siap pakai. Pendekatan ini menawarkan kebebasan maksimal, tetapi menuntut keahlian teknis, waktu, dan biaya yang tidak sedikit.
Alternatif terakhir adalah menyerahkan seluruh proses kepada desainer atau pengembang profesional. Solusi ini sering dipilih oleh bisnis yang ingin hasil optimal tanpa harus terlibat langsung dalam aspek teknis, dengan konsekuensi biaya yang lebih tinggi.
Menyesuaikan builder dengan kebutuhan
Image from Pixabay
Agar pilihan tidak salah arah, penting menilai kebutuhan secara jujur sebelum menentukan platform. Beberapa pertanyaan mendasar perlu dijawab:
Apakah website akan digunakan untuk menulis blog, mengumpulkan data pengunjung, atau menjual produk dan jasa? Apakah sistem pembayaran digital dibutuhkan, termasuk pengelolaan stok dan pengiriman? Apakah kalender atau fitur penjadwalan akan digunakan untuk reservasi atau konsultasi?
Pertimbangan lain yang tak kalah penting adalah tingkat kontrol teknis. Apakah Anda perlu akses penuh ke coding website, atau justru lebih nyaman menggunakan tools sederhana? Keputusan ini juga berkaitan dengan apakah website akan dikerjakan sendiri atau melibatkan profesional.
Terakhir, faktor anggaran harus menjadi penentu realistis. Setiap platform memiliki struktur biaya berbeda, mulai dari langganan bulanan hingga investasi awal yang besar untuk custom development.






