23 Agustus 2025 1:15 am

Cara Riset Produk dan Analisis Kompetitor untuk Pasar Indonesia

Cara Riset Produk dan Analisis Kompetitor untuk Pasar Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, ekosistem digital di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Pertumbuhan e-commerce, penetrasi internet yang semakin luas, serta meningkatnya jumlah pengguna media sosial telah mengubah cara masyarakat menemukan, membandingkan, dan membeli produk.
Kondisi ini menghadirkan peluang besar bagi para pelaku bisnis online, baik skala besar maupun UMKM, untuk menjangkau pasar yang lebih luas tanpa batasan geografis.
Namun, peluang besar tersebut datang dengan tantangan yang tidak kalah besar: persaingan yang semakin ketat. Ribuan penjual menawarkan produk serupa di marketplace, sementara brand baru terus bermunculan dengan strategi pemasaran digital yang agresif.
Dalam situasi seperti ini, intuisi saja tidak cukup untuk menentukan produk apa yang layak dijual atau strategi apa yang bisa membuat bisnis tetap relevan.Di sinilah riset produk dan analisis kompetitor menjadi sangat penting.
Dengan melakukan riset yang sistematis, pebisnis dapat menemukan produk yang benar-benar dicari konsumen, sekaligus memahami celah di pasar yang belum banyak dimanfaatkan.
Analisis kompetitor, di sisi lain, membantu Anda melihat kekuatan dan kelemahan pesaing, sehingga strategi yang dirancang tidak sekadar meniru, melainkan membangun diferensiasi yang jelas.

Mengidentifikasi Tipe Kompetitor di Indonesia


Coca-Cola dan Pepsi sering dianggap sebagai contoh produk kompetitor
Gambar: miro.medium.com
Coca-Cola dan Pepsi sering dianggap sebagai contoh produk kompetitor Gambar: miro.medium.com

Salah satu langkah awal dalam riset produk adalah mengenali siapa saja yang menjadi kompetitor Anda. Tanpa pemahaman ini, sulit untuk menyusun strategi pemasaran atau menentukan diferensiasi produk yang jelas. Di pasar Indonesia, kompetitor bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori utama:

1. Kompetitor Langsung


Ini adalah pemain yang menawarkan produk serupa dengan target pasar yang sama. Misalnya, sebuah brand yang menjual tisu basah bayi akan bersaing langsung dengan penjual tisu basah bayi lainnya.

2. Kompetitor Tidak Langsung


Berbeda dengan kompetitor langsung, kategori ini mencakup produk berbeda tetapi memuaskan kebutuhan serupa. Contoh sederhana adalah kopi dan teh. Walaupun jenis produknya berbeda, keduanya bersaing untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sama: Minuman berkafein untuk menemani aktivitas sehari-hari.

3. Kompetitor Potensial


Ini adalah pemain yang belum ada di pasar Anda saat ini, tetapi memiliki kemungkinan besar untuk masuk. Misalnya, sebuah brand skincare global yang belum hadir resmi di marketplace Indonesia, namun sewaktu-waktu bisa meluncurkan produknya melalui e-commerce lokal.

Mengapa Pengelompokan Ini Penting?


Dengan mengklasifikasikan kompetitor ke dalam kategori langsung, tidak langsung, dan potensial, pebisnis dapat merumuskan strategi yang lebih tajam. Contohnya:
  • Untuk kompetitor langsung: Fokus pada diferensiasi produk (fitur unik, kualitas, harga).
  • Untuk kompetitor tidak langsung: Menekankan positioning agar konsumen lebih memilih kategori Anda.
  • Untuk kompetitor potensial: Menyiapkan strategi adaptif dan inovasi agar bisnis tetap relevan meski ada pemain baru.

Pengelompokan kompetitor ini memberi gambaran utuh tentang medan persaingan. Alih-alih melihat semua pesaing sebagai ancaman, pebisnis bisa menemukan peluang untuk menciptakan nilai tambah yang benar-benar dibutuhkan pasar Indonesia.

Menentukan Tujuan Analisis


Ilustrasi analisis kompetitor
Gambar: cdn.shopify.com
Ilustrasi analisis kompetitor Gambar: cdn.shopify.com

Sebelum masuk ke teknis riset, langkah penting yang sering diabaikan adalah menentukan tujuan analisis. Tanpa tujuan yang jelas, riset kompetitor hanya akan menghasilkan data mentah yang sulit diterjemahkan menjadi strategi.
Sebaliknya, dengan target yang spesifik, setiap data yang terkumpul bisa langsung dihubungkan dengan kebutuhan bisnis Anda. Ada beberapa tujuan utama yang bisa dijadikan acuan:

1. Memahami Strategi Pesaing


Melihat bagaimana kompetitor menjalankan bisnisnya memberi gambaran tentang pola pemasaran, strategi harga, hingga cara mereka membangun hubungan dengan pelanggan.
Misalnya, Anda bisa menemukan bahwa pesaing gencar menggunakan promosi free ongkir di marketplace untuk menarik konsumen baru. Dari situ, Anda bisa menilai apakah strategi serupa relevan untuk bisnis Anda atau perlu mencari pendekatan berbeda.

2. Menemukan Celah Produk


Tidak ada produk yang sempurna. Melalui riset, Anda bisa menemukan titik lemah kompetitor yang bisa dijadikan peluang. Contohnya, jika banyak ulasan konsumen yang mengeluhkan kemasan produk mudah rusak, itu bisa menjadi sinyal untuk menghadirkan produk serupa dengan kemasan lebih kokoh. Celah produk seperti inilah yang sering kali menjadi pembeda antara bisnis biasa dengan bisnis yang unggul.

3. Menilai Positioning Kompetitor


Positioning adalah bagaimana sebuah brand ingin dilihat di benak konsumen. Dengan memahami positioning kompetitor, Anda bisa menentukan cara agar produk Anda tampil berbeda. Misalnya, dalam kategori skincare, ada brand yang menekankan keunggulan “alami” sementara yang lain mengedepankan “teknologi dermatologi”.

Sumber Data Lokal yang Relevan


Ilustrasi mendapatkan data kompetitor
Gambar: visme.co
Ilustrasi mendapatkan data kompetitor Gambar: visme.co

Setelah menetapkan tujuan analisis, langkah berikutnya adalah mencari sumber data yang tepat. Untuk pasar Indonesia, ada beberapa kanal yang bisa dimanfaatkan oleh pebisnis online maupun pemula, di antaranya:

1. Marketplace Lokal


Marketplace seperti Shopee, Blibli, dan Tokopedia adalah “etalase digital” utama bagi konsumen Indonesia. Hampir semua kategori produk tersedia di sana, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga barang premium. Melalui marketplace, Anda bisa mengamati:
  • Produk terlaris dalam kategori tertentu.
  • Strategi harga yang digunakan oleh penjual.
  • Jenis promosi yang paling sering dipakai (misalnya flash sale atau voucher gratis ongkir).
  • Rating dan ulasan konsumen yang menyoroti kualitas produk maupun layanan.

Bahkan, beberapa platform kini menyediakan fitur analitik sederhana yang bisa membantu penjual melihat tren permintaan dalam periode tertentu.

Google Trends bisa menunjukkan seberapa populer suatu kata kunci (keyword) di Indonesia, serta bagaimana tren tersebut berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, pencarian untuk “skincare anti-aging” mungkin meningkat menjelang akhir tahun, seiring dengan tren konsumen yang mencari produk perawatan baru.

3. Website dan Media Sosial Kompetitor


Website dan akun media sosial adalah wajah digital brand. Dari sini, Anda bisa mempelajari:
  • Desain dan struktur website: Apakah lebih fokus pada edukasi produk, promosi harga, atau testimoni pelanggan.
  • Strategi konten di media sosial: Jenis postingan, frekuensi, engagement, dan gaya komunikasi (tone of voice).
  • Bentuk iklan berbayar yang sering digunakan, baik itu di Instagram, Facebook, atau TikTok.

Dengan memperhatikan ini, Anda bisa menilai apa yang efektif untuk menarik perhatian audiens di Indonesia.

4. Ulasan dan Feedback Konsumen


Jangan meremehkan kolom ulasan di marketplace atau komentar di media sosial. Dari sana, Anda bisa melihat langsung apa yang disukai maupun dikeluhkan konsumen. Misalnya, ada produk dengan rating tinggi tetapi banyak ulasan negatif tentang pengemasan. Data semacam ini bisa menjadi masukan berharga untuk memperbaiki kualitas layanan bisnis Anda.

5. Komunitas Online dan Forum Diskusi


Selain platform besar, komunitas seperti grup Facebook atau bahkan thread di Twitter/X sering kali menjadi tempat konsumen membicarakan pengalaman mereka. Insight yang diperoleh dari diskusi organik ini sering kali lebih jujur dibanding iklan atau promosi resmi.

Teknik Analisis Kompetitor


Ilustrasi data produk kompetitor
Gambar: bowwe.com
Ilustrasi data produk kompetitor Gambar: bowwe.com

Setelah data dari berbagai sumber terkumpul, langkah berikutnya adalah mengolahnya menjadi informasi yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan. Analisis kompetitor bukan sekadar mengumpulkan daftar produk atau harga, melainkan menyusun pola yang menunjukkan peluang sekaligus ancaman bagi bisnis Anda. Berikut beberapa teknik yang relevan untuk pasar Indonesia:

1. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)


Metode ini klasik, tapi masih sangat efektif. Anda bisa membuat tabel sederhana yang merangkum:
  • Strengths (Kekuatan): Apa yang membuat kompetitor unggul? Misalnya, brand awareness tinggi, layanan pengiriman cepat, atau kualitas bahan premium.
  • Weaknesses (Kelemahan): Di mana letak kekurangan mereka? Contoh: Harga terlalu tinggi atau ulasan pelanggan tentang pelayanan buruk.
  • Opportunities (Peluang): Tren atau kebutuhan baru yang belum mereka maksimalkan. Misalnya, permintaan produk ramah lingkungan yang sedang naik.
  • Threats (Ancaman): Faktor eksternal yang bisa memengaruhi, seperti kebijakan marketplace, aturan pajak, atau masuknya brand global.

Dengan SWOT, Anda bisa melihat secara menyeluruh bagaimana posisi kompetitor dan menemukan ruang diferensiasi.

2. Tabel Perbandingan Produk dan Strategi


Membuat tabel perbandingan adalah cara praktis untuk menilai keunggulan relatif setiap pesaing. Anda bisa membandingkan:
  • Harga produk
  • Varian atau fitur
  • Jumlah ulasan dan rating
  • Strategi promosi (voucher, bundling, diskon musiman)
  • Kualitas branding (desain kemasan, foto produk, konten iklan)

Tabel ini membantu Anda dengan cepat menemukan pola, misalnya semua pesaing menawarkan harga murah, tapi hanya sedikit yang menonjolkan layanan purna jual. Itu bisa menjadi celah yang bisa dimanfaatkan.

3. Analisis Media Sosial


Media sosial adalah kanal utama pemasaran digital di Indonesia. Dari Instagram, TikTok, hingga Facebook, Anda bisa mengukur kekuatan kompetitor dengan memperhatikan:
  • Jumlah followers vs tingkat engagement (like, comments, share).
  • Jenis konten yang paling sering mereka gunakan (video edukasi, hiburan, atau promosi langsung).
  • Bahasa atau tone of voice yang dipakai untuk menarik target audiens.

Misalnya, brand A mungkin punya banyak followers tapi engagement rendah, sedangkan brand B dengan followers lebih sedikit justru mendapat interaksi tinggi. Data ini bisa memberi insight tentang strategi konten yang lebih efektif.

4. Benchmarking Strategi Iklan


Jika kompetitor aktif beriklan di platform seperti Google Ads atau Meta Ads, Anda bisa memperhatikan kata kunci, visual, atau pesan utama yang mereka angkat. Apakah mereka lebih sering menonjolkan harga, kualitas, atau gaya hidup? Dari sini, Anda bisa memutuskan apakah ingin menantang pesan mereka secara langsung, atau justru mengambil sudut komunikasi berbeda.

5. Analisis Review Pelanggan


Ulasan dari konsumen adalah “harta karun” dalam riset. Keluhan konsumen sering kali mengungkap masalah yang bisa Anda jadikan peluang. Misalnya, banyak ulasan menyebut pengiriman lambat, maka Anda bisa menonjolkan keunggulan pengiriman cepat sebagai diferensiasi.
Ayo buat Website kamu sekarang!

Ingin mencari pengetahuan lain?

Ketik judul blog yang ingin kamu cari