Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 dari 10 pengunjung bounce dari satu halaman. Beberapa meninggalkan halaman yang mereka kunjungi karena janji yang tidak dipenuhi, dan juga karena website tersebut telah menghabiskan kesabaran mereka.
Apa pun alasannya, kamu dapat memperbaikinya. kamu dapat menurunkan bouncing rate dari halaman kamu dengan meyakinkan pengunjung untuk bernavigasi ke halaman website lain. Tapi, apakah hal ini merupakan keputusan yang bijak? Mari kita teliti lebih lanjut...
Apa itu Bounce Rate?
Bouncing rate persentase sesi yang hanya melihat satu saja halaman di website kamu tanpa bernavigasi atau melihat halaman lainnya. Misalnya, jika pengunjung mengklik iklan ke website kamu dan langsung menclose tab nya karena iklan dan website tidak saling relevan.
Jika lima dari sepuluh orang yang mengunjungi website kamu langsung meninggalkan website sebelum mengunjungi halaman lain, bouncing rate landing page kamu adalah 50%.
Jadi, seberapa tinggi bouncing rate yang normal?
Seberapa Tinggi Seharusnya Bouncing Rate Dari Halaman?
Bouncing rate dapat menjadi metrik membingungkan, ketika kamu mengatakan “website memiliki bouncing rate yang tinggi”, hal ini akan memicu kegelisahan para marketer dan juga investor kamu. Tetapi bouncing rate yang tinggi tidak selalu merupakan satu masalah.
Dalam beberapa kasus bouncing rate yang tinggi malah dapat menjadi tanda dari pengalaman pengguna yang baik. Blog posting, misalnya, akan menghasilkan sejumlah besar bounce. Ketika kamu mencari “apa itu bouncing rate?” di Google dan mengklik ke posting blog yang menjelaskan hal itu, kemungkinan besar kamu akan segera menutupnya setelah kamu mendapatkan jawabannya, dan ini adalah merupakan pengalaman pengguna yang baik.
Hal ini diharapkan karena berarti pengunjung bisa langsung mendapatkan apa yang mereka cari, karena dalam kasus ini, navigasi ke halaman lain berarti pengunjung yang kebingungan dengan website kamu.
Sebuah bouncing, dalam kasus ini bisa diterima.
Di sisi lain, jika kamu mengunjungi homepage dan meninggalkannya segera ketika melihat form panjang yang harus diisi, ini adalah pengalaman buruk. Sebuah bouncing, dalam kasus ini, merupakan kerugian untuk bisnis yang kamu miliki.
Jadi untuk memahami implikasi dari bouncing rate yang tinggi, kamu harus menilai itu berdasarkan jenis halamannya. Pada halaman landing page, menurut infographic dari QuickSprout, bouncing rate normal memiliki rata-rata antara 70 dan 90%
Apakah itu nilai itu terlalu tinggi? Apakah lebih rendah lebih baik? mari kita melihat lebih dekat pada angka-angka yang mengungkapkan bahwa bouncing rate halaman landing lebih membingungkan daripada bouncing rate di halaman lain.
Perbedaan Antara Bouncing Rate Pada Landing Page Dengan Halaman Lainnya
Dalam kebanyakan kasus, tujuan kamu adalah untuk menurunkan bouncing rate dari website kamu. Blog yang menghasilkan sejumlah besar bouncing bisa diterima, tetapi idealnya, kamu mau pengunjung dari posting blog tersebut untuk bernavigasi ke halaman lain di situs web kamu (seperti ke posting blog lain yang kamu rekomendasi). Setelah mereka mengunjungi beberapa halaman lain, barulah mereka bisa masuk ke saluran pemasaran kamu, biasanya dalam bentuk memberikan email untuk disubscribe untuk newsletter mingguan.
Pada halaman landing page kamu, meminimalkan bouncing tidak harus selalu menjadi tujuan. Ingat, menurunkan bouncing rate harus membuat pengunjung untuk bernavigasi ke halaman lain. Tapi, pada landing page, halaman lain yang kamu ingin mereka untuk pergi ke, adalah halaman “terima kasih telah mendaftar/membeli” (atau sejenisnya) setelah mereka berkonversi.
Jadi walau pada pandangan pertama, bouncing rate landing page dari 50% mungkin terlihat lebih baik dari rata-rata 70-90%. Tapi, jika berarti orang-orang melarikan diri ke dari landing page kamu (di mana kamu dapat membuat keuntungan bisnis kamu) ke halaman lainnya, dan hal ini sama sekali tidak membantu omset bisnis kamu. Dalam hal ini, bouncing rate yang rendah berarti tingkat konversi yang juga rendah.
Perlu diingat bahwa ketika menilai bouncing landing page. bouncing rate rendah hanya berarti hal yang baik jika landing page kamu bebas dari link ke website lain di area navigasi, logo, dan footer.
Alasan dan Solusi Tingginya Bouncing Rate
Jika bouncing rate landing page kamu berada di sekitar 70-90%, ini bisa berarti website kamu memberikan pengalaman buruk pada pengunjung. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum, beserta cara-cara untuk mengatasinya.
1. Landing Page Kamu Menipu
Sebagian besar pengunjung di internet langsung menutup satu halaman karena merasa tertipu oleh judul ataupun link ke halaman tersebut. Kamu mungkin tidak bermaksud menyesatkan mereka, tapi hal ini tetap akan terjadi - mungkin karena kamu lupa sesuatu yang penting: kesan pertama mereka tentang merek/bisnis kamu biasanya tidak dibuat pada landing page kamu. Kesan ini akan dibuat saat sebelumnya. Berikut merupakan kronologis umum ketika satu pengunjung datang ke website kamu:
- Pengguna internet melihat posting yang disponsori di media sosial, atau link dalam email, atau iklan PPC, dll, dan mereka meng-klik link dan diarahkan ke website kamu
- Pengunjung dari internet tiba di landing page kamu.
Jadi, walau judul yang berupa manfaat dari produk akan meningkatkan banyaknya pengunjung kamu tetap tinggal di website kamu, hal ini tidak cukup untuk meyakinkan pengguna untuk membaca sisa dari landing page kamu. Halaman kamu juga perlu disesuaikan dengan pesan dari saluran lainnya
Sesuaikan Pesan Dengan Saluran Lainnya
Hal pertama yang landing page kamu perlu lakukan adalah memenuhi harapan pengunjung. Jika seseorang mengklik link dalam email kamu yang bertuliskan “Pelajari dasar-dasar optimisasi landing page dari para ahli” maka landing page kamu judul harus berupa “Pelajari dasar-dasar optimisasi landing page dari para ahli.”
Halaman ini juga harus memiliki logo kamu, warna merek, dan bahkan gambar yang berada di iklan yang berhubungan dengan landing page kamu.
Berikut ini adalah contoh dari Autopilot:
Perhatikan bagaimana judul dari landing page sesuai dengan judul iklan, dan semuanya dari warna dan logo identik dengan iklannya.
Berikut contoh lain, kali ini dari Marketo:
Hal yang harus disesuaikan dengan iklan kamu:
- Judul
- Logo
- Warna
- Gambar yang ditampilkan
- CTA / Langkah selanjutnya (seperti mendaftar atau membeli)
Denga pesan yang disesuaikan, pengguna internet tahu di mana mereka ketika mendarat ke satu halaman. Marketo membuat sebuah tawaran dalam email, yang juga kemudian disampaikan di dalam landing page-nya. Sesuaikan pesan, atau kamu beresiko untuk meningkatkan bouncing rate dari landing page kamu
2. Form Kamu Mengganggu Pengunjung
Selama kamu menggunakan internet pasti kamu pernah diharuskan untuk mengisi form panjang yang benar-benar menggangu. Form yang mengganggu ini membuat pengunjung langsung mencari tombol “back”. Berikut adalah contohnya:
Apakah orang akan mengisi seluruh formulir ini hanya untuk diskon 50 sen? Sepertinya tidak.
Sebelum kamu membuat form, tim pemasaran dan tim penjualan kamu harus menyepakati seperti apa itu prospek pelanggan, lengkap dengan informasi pribadi yang diperlukan untuk menghubungi prospek tersebut.
Formulir kamu harus dibangun hanya untuk meminta informasi yang kamu perlukan. Setiap tambahan yang tidak diperlukan akan meningkatkan resiko pengunjung untuk menutup browser..
Dan jika kamu benar-benar memerlukan pengunjung untuk mengisi 10 jenis data, cara paling tepat adalah untuk memecah form menjadi beberapa langkah, dengan langkah terpendek yang berada didepan. Ingat aturan emas dari landing page: Tawaran harus selalu lebih besar dari tenaga dan waktu yang pengunjung perlua keluarkan.
3. Website Kamu Terlalu Lambat
Menurut Google, salah satu faktor yang berkontribusi terbesar untuk bouncing rate yang tinggi adalah kecepatan satu halaman. Beberapa studi yang melibatkan ratusan ribu landing page dan data perilaku , telah menemukan sesuatu yang mengejutkan: handphone rata-rata membutuhkan waktu 22 detik untuk membuka satu website, yang merupakan alatasan dari tingginya tingkat bouncing rate dari mobile.
Bagi yang tidak membuat websitenya di Berdu: Website lambat? Kasihan selali kalian, tidak buat website di Berdu sih, makanya daftar sekarang!
Bagaimana Cara Meningkatkan Kecepatan Load Halaman
Jika halaman kamu tidak bisa dibuka dalam 3 detik atau kurang, maka Google menyarankan mencoba beberapa hal ini:
- Kurangi elemen halaman. Menurut Google, 70% dari halaman yang diuji memiliki besar lebih dari 1 mb, 36% adalah 2 mb, dan 12% lebih dari 4 mb. Dan melalui koneksi 3G yang cepat, 1.49mb memakan waktu sekitar 7 detik untuk memuat. Penyebabnya adalah terlalu banyak elemen halaman seperti gambar dan video yang hasilnya adalah pengunjung menutup tab bahkan sebelum mereka melihat landing page selesai diunduh.
- Singkirkan gambar. Favicons, logo, dan gambar produk akan berkontribusi ⅔ dari ukuran halaman. Para peneliti menemukan bahwa, dibandingkan dengan halaman yang tidak bisa mengkonversi pengunjung, halaman yang bisa mengkonversi menampilkan 38% lebih sedikit gambar. Jika kamu benar-benar perlu untuk memasukkan gambar, setidaknya pertimbangkan menggunakan kompresor gambar untuk memperkecil ukuran mereka. (Platform Berdu sudah otomatis melakukan semua kompresasi ini)
- Minimalkan penggunaan Javascript. Terlalu banyak menggunakan Javascript akan memperlambat kecepatan landing page untuk ditampilkan kepada pengunjung. Masukan hanya Javascript yang penting pada HTML, dan unduh Javascript tambahan setelah halaman selesai di load.
Dan jika website kamu masih lambat kami sarankan beberapa hal ini:
- Pindahkan website kamu ke Berdu
- Pindahkan website kamu ke Berdu
- Pindahkan website kamu ke Berdu
- Masih tidak percaya? lihat saja ke Google PageSpeed Insight
4. Kamu Menghasilkan Traffic Yang Salah
Faktor terbesar yang berkontribusi pada bouncing rate landing page adalah jenis traffic dari website kamu.
Siapa pengunjung kamu dan di mana mereka datang dari memiliki dampak besar pada bagaimana mereka berinteraksi dengan landing page kamu. Lalu lintas suatu website bisa dibagi menjadi 3 kategori:
1. Traffic Dari Website Yang Tidak Relevan
Ini biasanya adalah traffic dari konten aggregator, website-website yang mengumpulkan artikel dari website lain.
Orang-orang yang mengklik link tersebut memiliki sebuah misi untuk memuaskan rasa ingin tahu dan tidak selalu memiliki minat yang kuat untuk membeli apa yang kamu tawarkan.
Sebagai contoh, link dengan text “Seorang berumur 23 tahun bertaruh 3 milyar rupiah untuk satu saham” pengunjung ke landing page di mana mereka dapat mendaftar untuk menerima laporan stok gratis. Tapi, orang-orang yang datang dari link ini mungkin baru saja selesai membaca sebuah artikel tentang kucing lucu dari website asal yang sama, jadi mengapa mereka akan tertarik tips saham?
Jika link ini khusus disimpan di bagian “keuangan”, link ini akan lebih relevan. Tapi pada umumnya website yang mengumpulkan link dari website lainnya tidak menyusun link nya dengan rapi.
3. Traffic Dari Mesin Pencarian
Traffic dari mesin pencarian sering dibilang adalah jenis traffic yang paling berharga, yang juga merupakan alasan mengapa beberapa bisnis bisa membayar lebih dari per 10 juta rupiah hanya untuk satu klik pada Google AdWords:
Alasan bahwa traffict seperti ini sangat berharga karena itu karena pengunjung yang didapat memiliki motivasi yang tinggi, artinya, orang-orang yang mengetik “pengacara perceraian terbaik” di Google, sedang mencari solusi untuk masalah yang sangat spesifik.
Jika kamu bisa menggunakan kata kunci yang tepat dan menawarkan solusi dari masalah mereka, ditambah landing page yang sempurna, maka tingkat bounce rate akan sangat rendah, apalagi ketika kamu bisa mendapatkan pengunjung organik yang bukan dari iklan mesin pencarian seperti Adwords.
4. Pengunjung Setia
Mereka adalah orang-orang yang sering mengunjungi situs kamu melalui sumber-sumber seperti email dan media sosial (Pengunjung setia kami, kami sampaikan terima kasih!). Sebagai penggemar dan pelanggan, mereka akrab dengan merek dan bisnis yang kamu miliki, yang berarti mereka lebih tertarik dengan apa yang kamu tawarkan dibanding orang-orang yang menemukan kamu dari link bernilai rendah dari situs-situs lain.
Kunci untuk mengarahkan traffic yang berkualitas adalah memahami dari mana traffic kamu berasal (baik iklan ataupun bukan iklan), dan optimalkan landing page kamu untuk sumber traffic tersebut, dan perlu diingat kamu juga harus menjaga hubungan baik dengan sumber traffic kamu.
5. CTA Kamu Tidak Dapat Ditemukan
Sayangnya, tak sengaja menyembunyikan tombol CTA sangat sering terjadi. Warna dan lokasi tertentu dapat membuat CTA hampir sama sekali tidak terlihat.
Coba lihat heatmap dibawah ini:
Kotak merah di sebelah kanan halaman yang bertuliskan “Change lives and donate now” adalah satu tombol CTA. Tapi, kamu akan melihat dari grafik ini yang bahawa kotak itu tidak mendapat perhatian sama sekali.
Di website ini menu navigasi, gambar, dan sidebar mendapatkan perhatian lebih dari CTA. Tapi mengapa tombol besar berwarna merah masih tidak memikat bola mata?
Alasannya adalah: lokasi di mana CTA itu ditaruh sering digunakan untuk iklan.
Designya yang terlalu bergaya dan terlalu memaksa untuk memikat perhatian, sekilas tampak seperti iklan. Akibatnya, pengunjung mengabaikannya, karena hampir semua pengunjung mengabaikan informasi yang mereka anggap sebagai iklan. Berikut contoh lain:
Tombol CTA berada di lokasi yang sama di sini. Penelitian menunjukkan bahwa sisi kanan layar cenderung untuk mendapatkan perhatian jauh lebih sedikit daripada sisi kiri:
Itu masuk akal, mengingat area kiri pada umumnya merupakan letak dari konten utama dari satu website.
Untuk memastikan pengunjung kamu tidak menjadi frustrasi karena tidak dapat menemukan tombol CTA, ingat praktik terbaik sebagai berikut:
- Tombol CTA kamu harus mengakomodasi pola gaya pembaca online.
- Jangan terlalu mendesign CTA sehingga terlihat terlalu memaksa untuk menarik perhatian. Dalam kedua contoh di atas, design yang terlalu menarik perhatian akan terlihat seperti iklan.
- Gunakan warna yang kontras dengan warna konten kamu. Warna yang kontras dengan design website akan menarik perhatian dengan mudah tanpa dianggap sebagai iklan.
Hampir 50% dari situs memiliki CTA yang terlihat dalam 3 detik pertama saat membuka halaman. Apakah kamu salah satu dari mereka?
6. Halaman Kamu Tidak Bisa Dibaca Dengan Cepat
Jika kamu tidak suka menulis, kami punya kabar baik: Pengunjung kamu juga tidak suka membaca!.
Janganlah berfokus pada setiap kata, penelitian telah menunjukkan bahwa mata orang-orang biasanya hanya melihat area tertentu dari sebuah halaman website. Bahkan sebelum internet, kita semua membaca buku dengan cepat (dengan hanya melihat judul dan tulisan yang di bold). Dan setelah ratusan tahun melakukan hal ini, kami umat manusia, masih dan akan terus melakukan hal ini.
Jadi tanyakan pada diri anda sendiri: Apakah salinan kamu telah dioptimalkan untuk dibaca cepat, atau apakah salinan kamu terlihat seperti gambar bawah?
Jika memang website kamu terlihat mirip dengan gambar di atas, mungkin kamu juga bisa sekalian menulisnya dalam bahasa Latin, karena pengunjung kamu akan pasti akan pergi sebelum membacanya lebih lanjut.
Itu sebabnya halaman kamu perlu dioptimalkan untuk tiga hal:
Tulisan Harus Mudah Untuk Dibaca
Hal ini mengacu pada seberapa mudah pengunjung dapat membedakan antara karakter dan huruf yang kamu pilih. Font dekoratif dapat digunakan dalam judul, tetapi font seperti ini tidak boleh digunakan dalam salinan halaman. Berikut adalah alasan contoh visualnya:
Kedua paragraf identik, tapi salah satunya jauh lebih mudah dibaca. Cobalah menggunakan sans-serif untuk apa pun di yang berupa konent, karena pengunjung akan lebih mudah membacanya walaupun ukurannya lebih kecil.
Jika kamu bertanya seberapa kecil font yang bisa dipakai, jawabannya adalah di sekitar 16px. Ini adalah ukuran kita biasa kita lihat di buku-buku.
Tulisan Harus Mudah Untuk Dipahami
Tanpa membaca berulang kali, pembaca harus dengan cepat dan mudah memahami apa yang yang kamu coba sampaikan.
Sebuah studi dari Princeton menunjukkan, selain mudah dipahami, kata-kata sederhana benar-benar dapat membuat seorang penulis tampil lebih cerdas, Jadi gunakanlah kata-kata sederhana untuk menyampaikan ide-ide besar.
Bukan saja mereka lebih mudah untuk dipahami, tapi mereka lebih mudah untuk dieja dan digunakan dalam tata bahasa.
Kata-kata yang terlalu kompleks akan meningkatkan kemungkinan untuk kamu melakukan kesalahan penulisan atau pengejaan, dan kesalahan ini sangat mengurangi kredibilitas bisnis kamu, karena banyak orang berpikir jika hal simpel seperti saja bisa adalah, apalagi hal besar. Yang hasilnya orang tidak percaya untuk menggunakan jasa/produk yang kamu tawarkan.
Tulisan Harus Memiliki Format Yang Jelas
Untuk mudah dibaca, halaman membutuhkan format yang lebih jelas. Penelitian menunjukkan bahwa orang lebih memilih untuk membaca judul, judul kecil, dan kata-kata tebal yang di bold, sebelum membaca tulisan yang belum diformat. Itu berarti kamu perlu untuk membuat salinan tubuh kamu terlihat lebih seperti contoh di sebelah kiri dibanding yang di sebelah kanan:
Cobalah untuk menarik pengunjung dengan judul, membagi paragraf panjang menjadi potongan atau poin-poin, juga memecah satu halaman panjang menjadi beberapa halaman kecil,
Hal ini akan membuat halaman kamu lebih mudah untuk dibaca, yang akan membuatnya mudah diingat juga. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih mudah bagi orang untuk menyimpan informasi ketika informasi itu dipecah menjadi beberapa bagian.
Penutup: Berapa Tingkat Bouncing Rate Kamu?
Bagaimana bouncing rate landing page kamu dibandingkan dengan standar industri? Apakah bounce rate kamu lebih baik? Atau lebih buruk? Kamu bisa menuliskannya di komen di bawah.