7 November 2025 2:46 pm

Mengurangi Dropoff di Halaman Bayar: Panduan Praktis agar Pembeli Online Tidak Kabur Saat Checkout

Bayangkan situasinya, calon pembeli sudah menaruh produk ke keranjang, memasukkan alamat, memilih pengiriman, tapi tiba-tiba … mereka pergi. Tak ada notifikasi, tak ada transaksi. Semua usaha promosi dan traffic yang susah payah didapat lewat iklan hilang begitu saja di tahap terakhir, tahap checkout.
Fenomena ini disebut checkout friction, seretnya pengalaman pengguna saat menyelesaikan pembayaran. Untuk banyak pemilik toko online di Indonesia, inilah masalah yang paling mahal karena setiap detik keterlambatan atau langkah tambahan bisa menghapus peluang penjualan.
Karena itu, penting bagi Anda memahami kenapa pembeli batal di halaman bayar, bagaimana QRIS dan e-wallet bisa membantu, serta langkah teknis sederhana yang bisa Anda lakukan untuk memperbaiki proses checkout di website Anda.

Mengapa Banyak Pengguna Batal di Tahap Checkout?


Contoh halaman checkout website
Gambar: behance.net
Contoh halaman checkout website Gambar: behance.net

Berdasarkan laporan riset e-commerce global (Baymard Institute), rata-rata 70% pengguna meninggalkan keranjang belanja sebelum menyelesaikan transaksi. Angka di Indonesia bisa lebih tinggi, terutama di website lokal yang belum mengoptimalkan tampilan mobile atau metode pembayaran lokal seperti QRIS dan e-wallet.
Ada beberapa penyebab utama kenapa pengunjung berhenti di tahap pembayaran:
1. Biaya tambahan yang muncul di akhir
Ongkos kirim, pajak, atau biaya admin yang baru terlihat setelah klik “Bayar” membuat pengguna merasa “dibohongi”. Di survei Shopify, 48% pengguna mengatakan mereka membatalkan transaksi karena biaya tak terduga.
2. Formulir yang panjang dan berulang
Jika pengguna harus mengetik ulang nama, alamat, dan email di tiap pembelian, kemungkinan besar mereka akan kabur sebelum selesai.
3. Metode pembayaran terbatas
Di Indonesia, pengguna lebih suka metode cepat seperti GoPay, OVO, ShopeePay, atau QRIS. Jika toko Anda hanya menerima transfer manual, mereka pindah ke kompetitor.
4. Proses lambat atau error teknis
Loading lama, error di gateway, atau status “pending” yang tidak jelas menjadi alasan umum pembatalan.
5. Kurangnya sinyal kepercayaan
Tidak ada logo penjamin keamanan, kebijakan refund yang tidak jelas, atau tampilan halaman yang tidak profesional bisa membuat pengguna ragu membayar.
Masalah-masalah kecil ini sering tampak sepele, tapi dampaknya besar. Setiap 1 detik tambahan waktu loading di tahap checkout bisa menurunkan conversion rate hingga 7%.

QRIS dan E-Wallet: Kunci Mengurangi Friksi Pembayaran


Beberapa e-wallet yang umum digunakan di Indonesia
Gambar: bisnis.com
Beberapa e-wallet yang umum digunakan di Indonesia Gambar: bisnis.com

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami lonjakan besar dalam penggunaan pembayaran digital. Bank Indonesia mencatat lebih dari 48 juta pengguna aktif QRIS, dan transaksi e-wallet tumbuh hampir dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Artinya, pembeli sudah terbiasa dengan cara bayar cepat dan langsung dari ponsel.
Bagi toko online, QRIS dan e-wallet bisa jadi solusi paling efisien untuk menurunkan dropoff rate. Berikut alasannya:

  • Satu kode untuk semua bank dan e-wallet. QRIS bisa dibayar dengan berbagai aplikasi dompet digital, jadi pengguna tak perlu memilih satu per satu.
  • Proses instan. Pembeli cukup scan kode, klik bayar, dan selesai tanpa perlu mengetik nomor rekening.
  • Lebih aman. Pembayaran terjadi lewat sistem bank dan aplikasi resmi, sehingga data sensitif tidak tersimpan di website Anda.
  • Cocok untuk transaksi mobile. Karena sebagian besar pengguna belanja lewat HP, metode ini jauh lebih cepat dibanding transfer manual atau kartu kredit.

Namun, manfaat tersebut hanya terasa jika integrasinya benar. Banyak pemilik toko yang sudah menyediakan QRIS atau e-wallet, tapi tetap gagal menurunkan angka pembatalan. Masalahnya sering bukan di metode pembayaran, melainkan cara penerapannya.

Jebakan Umum Saat Menggunakan QRIS & E-Wallet


Beberapa kesalahan teknis dan desain yang sering ditemukan di toko online Indonesia antara lain:

  • Kode QR tidak muncul stabil. Jika koneksi lambat dan kode tidak segera tampil, pengguna akan menutup halaman.
  • Deep link ke e-wallet gagal. Saat pengguna klik “Bayar dengan OVO” tapi aplikasi tidak terbuka, mereka langsung keluar.
  • Tidak ada fallback. Bila QRIS gagal, seharusnya muncul opsi alternatif seperti transfer virtual account. Tanpa itu, pengguna kebingungan.
  • Status pembayaran tidak otomatis terupdate. Banyak toko masih mengandalkan konfirmasi manual padahal sistem bisa dibuat otomatis lewat webhook.

Kesalahan kecil ini sering berakar pada kurangnya perencanaan teknis dan pengujian UX (user experience). Padahal, satu langkah tambahan atau error sekian detik sudah cukup untuk menghapus kepercayaan pengguna.

Prinsip Dasar UX Checkout yang Efektif


Ilustrasi halaman checkout website dengan kartu kredit
Gambar: searchenginejournal.com
Ilustrasi halaman checkout website dengan kartu kredit Gambar: searchenginejournal.com

Sebelum bicara teknis, penting memahami prinsip dasar desain checkout yang memudahkan pengguna. Berikut enam hal yang terbukti meningkatkan conversion di berbagai riset:
1. Tampilkan semua biaya sejak awal
Pastikan total harga, ongkir, dan pajak sudah terlihat di halaman produk atau sebelum pengguna klik “Beli Sekarang”.
2. Sediakan opsi Guest Checkout
Banyak pengguna ingin langsung bayar tanpa registrasi. Anda bisa meminta mereka membuat akun setelah transaksi berhasil.
3. Tampilkan metode pembayaran lokal di urutan atas
Jika target pasar Anda di Indonesia, letakkan QRIS, GoPay, ShopeePay, DANA, dan sebagainya di posisi utama.
4. Gunakan indikator langkah (progress bar)
Pembeli ingin tahu sudah sampai tahap mana prosesnya. Visual sederhana ini membuat mereka lebih sabar menunggu.
5. Perkuat rasa aman
Tambahkan logo Secure Payment, tampilkan kebijakan refund, dan pastikan tampilan desain bersih tanpa typo atau pop-up berlebihan.
6. Uji perubahan dengan data
Gunakan event tracking (misalnya di Google Analytics) untuk melihat langkah mana paling banyak ditinggalkan pengguna.

Langkah Teknis Sederhana untuk Pemilik Online Shop


Anda tak perlu menjadi programmer untuk memperbaiki pengalaman checkout. Berikut beberapa hal yang bisa langsung diterapkan bahkan dengan platform toko siap pakai seperti Berdu:
1. Pastikan QRIS bekerja stabil

  • Gunakan penyedia pembayaran resmi yang terhubung langsung ke bank atau aggregator bersertifikat BI.
  • QR harus muncul otomatis di layar checkout dan pengguna tidak perlu refresh.
  • Tambahkan tombol “Saya sudah bayar” agar sistem bisa mengecek ulang status pembayaran.

2. Tawarkan lebih dari satu cara bayar
Jangan hanya andalkan satu e-wallet. Banyak pengguna memiliki saldo di aplikasi berbeda. Integrasikan minimal tiga opsi: QRIS, satu e-wallet populer (mis. GoPay), dan virtual account.
3. Kurangi field input
Gunakan fitur autofill untuk alamat dan kode pos. Jika platform Anda mendukung, aktifkan pengisian otomatis dari browser atau akun Google.
4. Gunakan loading indicator dan feedback yang jelas
Jika proses pembayaran membutuhkan waktu, tampilkan pesan seperti “Sedang memverifikasi pembayaran Anda (±10 detik)”. Transparansi ini penting untuk menjaga pengguna tetap di halaman.
5. Catat data error dan analisis penyebabnya
Aktifkan log transaksi untuk melacak penyebab kegagalan, misalnya karena koneksi, timeout, atau saldo tidak cukup. Data ini akan membantu Anda menemukan titik friksi terbesar.

Contoh Alur Pembayaran yang Ideal


Beberapa contoh halaman checkout website
Gambar: medium.com
Beberapa contoh halaman checkout website Gambar: medium.com

Skenario checkout terbaik di toko online biasanya hanya punya tiga langkah utama:
1. Isi data pengiriman
Pengguna memilih metode kirim, ongkir langsung tampil di bawah total harga.
2. Pilih metode pembayaran
QRIS muncul paling atas, diikuti e-wallet dan transfer. Setiap opsi menampilkan estimasi waktu konfirmasi (mis. “instan” atau “5 menit”).
3. Konfirmasi dan bayar
Setelah pembayaran, sistem otomatis menampilkan status “Pembayaran diterima” tanpa perlu konfirmasi manual. Notifikasi dikirim lewat email atau WhatsApp.
Semakin sedikit langkah dan semakin cepat feedback yang diterima pengguna, semakin tinggi tingkat keberhasilan transaksi.

Cara Mengukur Keberhasilan Optimasi Checkout


Agar perubahan Anda bisa diukur dengan jelas, pantau beberapa metrik berikut:

  • Checkout Conversion Rate: berapa persen pengguna yang berhasil menyelesaikan pembayaran dari total yang klik “Checkout”.
  • Drop Off per Step: persentase pengguna yang berhenti di setiap tahap (alamat, metode bayar, konfirmasi).
  • Payment Success Rate per Provider: bandingkan tingkat keberhasilan QRIS vs e-wallet vs transfer bank.
  • Average Time to Pay: seberapa cepat pengguna menyelesaikan pembayaran. Targetkan waktu kurang dari dua menit.
  • Failure Rate karena Technical Error: gunakan data log untuk menghitung berapa banyak transaksi gagal akibat timeout atau bug.

Jika conversion rate naik 10–15% setelah Anda memperbaiki tampilan checkout atau menambah metode pembayaran, artinya perubahan Anda berhasil.
Untuk mempermudah perbaikan, berikut poin-poin fokus utama dalam memperbaiki checkout website:

  • Audit tampilan checkout, periksa loading time dan field yang tidak perlu.
  • Terapkan guest checkout, pastikan total biaya tampil sejak awal.
  • Integrasikan QRIS dan e-wallet populer (GoPay, OVO, ShopeePay).
  • Tambahkan notifikasi otomatis, analisis data error, dan lakukan A/B testing desain tombol bayar.

Checkout Bukan Akhir, Tapi Titik Penentu


Tahap checkout sering dianggap bagian terakhir dari perjalanan belanja, padahal justru di sinilah keputusan sebenarnya dibuat. Semakin mudah, cepat, dan aman prosesnya, semakin besar peluang pembeli menekan tombol “Bayar Sekarang”.
QRIS dan e-wallet sudah menjadi kebiasaan baru konsumen Indonesia. Integrasi keduanya bukan sekadar fitur tambahan, tetapi langkah strategis untuk mengurangi friksi yang selama ini membuat calon pembeli kabur.
Mulailah dari hal sederhana, yaitu periksa kembali alur pembayaran di toko Anda, kurangi langkah yang tidak perlu, dan pastikan setiap metode pembayaran berfungsi tanpa hambatan.
Dengan sedikit sentuhan dan pembenahan teknis, Anda bisa mengubah halaman yang selama ini menjadi titik gagal menjadi sumber konversi terbesar di bisnis online Anda.
Ayo buat Website kamu sekarang!

Ingin mencari pengetahuan lain?

Ketik judul blog yang ingin kamu cari